Penanganan berbagai penyakit darah dan kanker anak

Penanganan berbagai penyakit darah dan kanker anak

Baru-baru ini, sekelompok sokter spesialis kanker anak, dikepalai oleh Prof. Suradej Honging, M.D., Lektor Kepala Samart Phakakasama, M.D., dan Phonchanok Iamsirirak, M.D., para spesialis anak terkemuka di bidang penyakit darah dan kanker anak, telah berhasil mengobati pasien anak pengidap leukemia dan talasemia menggunakan transplantasi sumsum tulang, atau dikenal juga prosedurnya sebagai transplantasi sel punca haploidentik hematopoietik. Dulu, para dokter tidak mampu menggunakan metode ini karena ketidakcocokan dalam sumsum tulang pasien dan donor. Banyak pasien menunjukkan resistensi terhadap sumsum tulang donor mereka, dan dengan demikian harus menunggu lama untuk mendapat sampel sumsum tulang yang cocok. Akibatnya, banyak pasien meninggal sebelum menerima penanganan. Ini jelas membuat cemas para orang tua pasien kanker anak, yang hanya ingin anak mereka pulih total dan mampu mengatasi kondisinya.

Pertama-tama, pasien akan menerima kemoterapi untuk melemahkan sistem imun. Lalu, setelah tiba di ruang bedah transplantasi sumsum tulang, pasiennya akan diberikan obat-obatan kemoterapi dosis meningkat untuk membantu membuang sel-sel darah rusak dan memberi ruang bagi sel-sel punca baru yang sehat. Pasien yang akan mendonasikan sel punca akan disuntikkan obat penstimulasi produksi sel darah putih selama sekitar 4-5 hari. Sel punca darah lalu akan dipanen menggunakan kateter, setelah itu sel yang telah dipanen tersebut dapat dialihkan ke pasien. Sekitar 2-3 minggu kemudian, sel punca hasil donasi orang tua itu akan mulai berfungsi normal, tapi pasiennya akan masih diwajibkan meminum obat imunosupresan selama sekitar 6 bulan.

Kanker anak

Kanker anak adalah masalah amat mencemaskan bagi orang tua, karena anak penderita kanker berpeluang besar melewatkan sebagian besar fase hidup mereka yang berharga. Pasien kanker anak takkan bisa bermain atau sebahagia dan sebebas anak-anak sehat lain, dan mungkin juga dapat terdampak oleh gagal tumbuh kembang saat lebih dewasa. Di Thailand, di antara anak-anak usia 15, sekitar 1.200 diagnosis kanker dilaporkan per tahun, dengan kanker anak yang paling lazim adalah leukemia. Jenis-jenis kanker lain yang didiagnosis pada anak termasuk tumor otak, limfoma, kanker adrenal, kanker ginjal, kanker tulang, kanker hati dan kanker mata. Hanya 1-3% kanker anak yang dianggap diwarisi, seperti kanker mata, namun untuk sebagian besar jenis kanker anak lain, tidak ada penyebab yang dapat dikenali. Meski begitu, kanker anak lebih mudah ditangani ketimbang kanker pada pasien dewasa, karena sel-sel kanker pada anak mengalami lebih sedikit mutasi genetik ketimbang sel kanker dewasa. Sel-sel kanker anak semua berciri mirip, itu berarti selnya merespons penanganan secara sama dan baik.

Leukemia

Leukemia, jenis kanker anak yang paling lazim, terbagi menjadi dua jenis: leukemia akut (yang berkembang mendadak) dan leukemia kronis (yang berkembang perlahan) Sekitar 90% kasus diklasifikasi sebagai leukemia akut, yang kemudia bisa dibagi lagi menjadi leukemia limfoblastik akut (ALL), yang membentuk sekitar 80% semua diagnosis leukemia akut, dan leukemia myeloid (AML), yang membentuk sisanya yaitu 20%. Saat ini, tingkat kesintasan SEMUA pasien yang dirawat dengan kemoterapi sekitar 80%. Walau begitu, untuk pasien pengidap AML yang diobati dengan kemoterapi, tingkat kesintasannya sekitar 50%, tapi peluang bertahan hidup pasien AML dapat dinaikkan 80% jika ditangani dini dengan transplantasi sumsum tulang.

Bagaimana saya bisa tahu itu leukemia?

Gejala-gejala pasien akan bergantung pada jenis kankernya. Sebagai contoh, pasien mungkin mengalami gejala-gejala seperti kelelahan, demam dan mudah mengalami perdarahan, yang sering menyebabkan timbulnya memar besar pada lengan dan kaki. Pasien juga mungkin mengalami pembengkakan nodus limfa atau pembesaran hati atau limpa. Ini karena sumsum tulang pasien telah diserang oleh sel-sel kanker, jadi, tubuhnya tidak mampu menghasilkan sel darah putih pada tingkat normal. Pasien bersel darah putih sedikit juga rawan terhadap infeksi. Namun, tidak semua pasien leukemia akan mengalami gejala seperti kelelahan atau mudah mengalami perdarahan. Kelelahan mungkin akibat kekurangan zat besi atau talasemia, suatu kondisi yang diwarisi. Jika anak Anda mengalami gejala-gejala ini, Anda harus segera menemui dokter untuk memastikan anak Anda ditangani dengan benar.

Pengobatan leukemia pada anak

Pengobatan leukemia biasanya didasarkan pada sesi kemoterapi selama 1-3 tahun, bergantung jenis kankernya.  Pasien anak berpeluang lebih besar pulih dari kanker dibandingkan dewasa, karena sel-sel kanker anak-anak mengalami mutasi genetik lebih sedikit ketimbang sel kanker dewasa. Dengan demikian, anak-anak biasanya merespons penanganan kanker dengan baik, dan tingkat pemulihan serta kesintasannya sekitar 75%. (Ini berarti bahwa, setelah 5 tahun sejak menghentikan pengobatan, kankernya tidak kembali dan pasiennya biasanya pulih total.)

  1. Transplantasi Sumsum Tulang
    Jika leukemia pasien resisten terhadap kemoterapi, transplantasi sumsum tulang dapat dilakukan sebagai gantinya. Biaya transplantasi sumsum tulang belakang sekitar 800.000 – 1,5 juta per orang, dan pasiennya akan diwajibkan untuk tinggal dalam suatu ruang steril selama sekitar 1-2 bulan pasca tindakan. Pasien baru diizinkan meninggalkan ruang steril setelah produksi sel darah putihnya kembali normal.
  2. Transplantasi sel punca
    Transplantasi sel punca tidak mewajibkan pembedahan, namun memang membutuhkan kemoterapi dosis besar. Kemoterapi dapat digunakan sebagai gabungan dengan radioterapi untuk memastikan sumsum tulang pasien yang terkena kanker dihancurkan. Sebuah sel punca lalu akan diambil dari sumsum tulang di bagian belakang panggul donor, yang kemudian akan dialihkan ke pasien via infus agar sel-sel puncanya dapat memasuki sumsum tulang dan mulai memproduksi sel-sel darah putih secara normal lagi. Pemanenan sumsum tulang menggunakan alat suntik tidak memengaruhi tulang belakang, jadi, metode ini sama sekali tidak berisiko menyebabkan kelumpuhan. Selain itu, berbagai pengubahan pada prosedur transplantasi berarti bahwa sumsum tulang masih bisa digunakan untuk menangani berbagai penyakit darah lain, seperti talasemia dan berbagai penyakit defisiensi imun kongenital. Meski demikian, sel-sel punca dari donor haru membawa penanda genetik khusus – dikenal sebagai antigen leukosit (HLA) yang identik dengan yang dimiliki pasien. Ada 25% peluang saudara pasien akan membawa HLA yang cocok, jadi, ini tidak berarti saudara akan selalu mampu memberikan sel punca yang tepat bagi pasien. Namun, para non-saudara yang mengalami kecocokan HLA berkisar pada rasio 1:50.000. Menemukan non-saudara dengan HLA yang cocok dengan demikian membutuhkan pencarian ekstensif. Di Thailand, Pusat Darah Nasional yang dikelola oleh Red Cross Society mengumpulkan informasi tentang para donor sumsum tulang. Namun, peluang ada donor di Thailan dengan HLA yang cocok dengan pasien adalah sekitar 50%.
For Medical Inquiry

*Wajib Diisi

First name*
First name*
Last name*
Last name*
Type of Question*
Type of Question*
Question*
Question*
Email Address*
Email Address*
Skor rating

Sudah mempunyai akun?