Abses perianal adalah rongga terinfeksi berisi nanah yang muncul di area sekitar anus atau rektum. Fistula ani adalah saluran atau lubang kecil yang menghubungkan kelenjar yang terinfeksi di saluran anus ke lubang pada kulit di sekitar anus. Jika tidak diobati hingga muncul gejala kronis, abses perianal dapat berkembang menjadi fistula ani. (Gambar 1)
Dari gambar
Dikutip dari https://link.springer.com/article/10.1007/s11605-012-2126-9
Kelenjar anal yang berjumlah sekitar 6-14 tersebar di sepanjang kanal anal. Ketika kelenjar ini tersumbat atau terinfeksi karena alasan apa pun, seperti sering buang air besar, sembelit, atau sering diare, atau karena penyumbatan akibat kotoran atau benda asing, hal ini dapat menyebabkan abses perianal.
Jika pengobatan abses perianal tidak segera dilakukan, abses dapat pecah dan keluar melalui kulit di daerah anus (titik D dalam gambar) dan dapat mengakibatkan fistula ani kronis (titik 1, 2, 3, 4 dalam gambar). Namun, sekalipun pengobatan dilakukan, masih ada 10-50% kemungkinan terbentuknya fistula ani, tergantung pada kondisi fisik individu. Karena anatomi anal yang kompleks, gejala abses perianal dan fistula ani dapat bervariasi untuk setiap pasien. Oleh karena itu, sebaiknya pasien tidak menunda diagnosis dan pengobatan dari spesialis bedah kolorektal untuk hasil pengobatan terbaik.
Dokter bedah kolorektal dapat mendiagnosis abses perianal dan fistula ani ani dengan meninjau riwayat pasien secara saksama dan melakukan pemeriksaan fisik pasien. Namun, untuk sejumlah kecil kasus seperti pada pasien yang telah menjalani beberapa operasi fistula ani, pemeriksaan tambahan mungkin diperlukan menggunakan alat yang lebih khusus, seperti USG endorektal atau Pencitraan Resonansi Magnetik (MRI), untuk diagnosis dan perencanaan perawatan lebih lanjut.
Meskipun dokter bedah umum dapat mendiagnosis dan melakukan prosedur bedah untuk mengobati fistula ani, Anda perlu berkonsultasi dengan dokter spesialis usus besar dan rektum jika ingin mendapatkan diagnosis dan perawatan yang paling tepat. Dokter spesialis tersebut memiliki pengalaman bedah yang paling menyeluruh di bidang ini, dan akan memiliki pemahaman yang mendalam dan komprehensif tentang semua aspek fistula ani, sehingga dapat membuat rencana perawatan yang efisien.
Untuk pengobatan abses perianal, dokter harus memotong serta mengeluarkan abses secara hati-hati dan presisi agar tidak merusak sfingter anal dan menghindari inkontinensia tinja. Pembedahan harus dilakukan oleh dokter bedah spesialis kolorektal untuk meningkatkan peluang pemulihan, mengurangi risiko inkontinensia tinja, dan meminimalkan risiko komplikasi dari perawatan.
Di masa lalu, operasi tradisional dilakukan dengan membuat potongan kecil di sfingter anal untuk mengeluarkan nanah dari rongga. Namun, metode ini memiliki potensi efek samping—pasien mungkin mengalami inkontinensia tinja setelah operasi. Saat ini sudah ada pengobatan baru yang disebut LIFTS (Ligasi Bedah Saluran Fistula Intersfingter). LIFTS menggunakan teknik bedah baru yang mengurangi kerusakan pada sfingter anal dan meningkatkan tingkat pemulihan. Metode sebelumnya yang digunakan dalam operasi tradisional hanya memberikan peluang pemulihan 30-60% dan berisiko tinggi menyebabkan kerusakan pada otot sfingter anal. Dengan operasi LIFTS, dokter bedah akan menggunakan jahitan yang dapat diserap kulit sehingga pasien tidak perlu kontrol untuk melepas benang jahitan. Selama masa pemulihan, pasien tidak perlu melakukan sitz bath (merendam pantat dalam air hangat) seperti yang diperlukan pada metode lama. Selain itu, nyeri pascabedah sangat berkurang, sehingga pasien untuk berjalan normal 1-2 hari setelah operasi.
Klasifikasi jenis fistula ani penting dalam menentukan pengobatan yang paling tepat dan dibagi menjadi 4 jenis utama sesuai dengan klasifikasi Park. (Gambar 2)
Fistula transfingterik (area bertanda kuning): Ini adalah jenis fistula yang paling umum kedua. Pada jenis ini, saluran yang terinfeksi melewati sfingter internal dan sfingter eksternal sebelum menembus kulit perianal atau perineum. Operasi untuk jenis fistula ini cukup sulit.
Fistula suprasfingterik (area bertanda hijau): Jenis fistula ini relatif jarang terjadi. Fistula ini melewati bukaan internal ke ruang intersfingter dan mengarah ke atas terlebih dahulu sebelum memanjang ke bawah, kemudian menembus kulit perianal.
Fistula ekstrasfingterik (area bertanda oranye): Jenis fistula ini jarang ditemukan. Fistula ini menembus sfingter internal dan eksternal, naik ke atas seperti pada tipe 3, dan kemudian menembus ke rektum.
Dr. Pornthep Prathanvanich mengambil spesialisasi operasi laparoskopi dan invasif minimal, termasuk operasi kolorektal, operasi hernia laparoskopi, operasi usus buntu, operasi gastrointestinal dan perut, serta operasi laparoskopi untuk obesitas.
ARTIKEL