Sejak usia 15 sampai awal 20, walaupun tubuh saya dari samping kelihatan lebar, hal ini bukan masalah karena tinggi saya hampir 180 cm, jadi saya bisa menoleransi bobot lebih pada tubuh saya. Saya mencari saran dari ahli bedah untuk mengecilkan payudara saya, karena ukurannya yang begitu besar telah membuat saya merasakan nyeri punggung yang luar biasa. Tapi saat itu, saya membatalkan niat saya. Saat menginjak usia 20-an akhir, berat badan saya turun 20 kilogram dan sisa-sia lemak yang sangat tidak sedap di pandang terlihat di sekeliling pinggang saya. Saat itu, saya rajin pergi ke pusat kebugaran, menyewa pelatih pribadi, dan berlatih enam hari dalam sepekan hanya untuk menurunkan berat badan, tapi tiap kali latihan saya terganggu dengan lipatan kulit saya. Ada yang bilang, tidak soal seberapa keras saya berlatih untuk membentuk tubuh, itu sia-sia kecuali lipatan kulit ini saya buang. Lagi-lagi saya mencoba cari tahu apa yang bisa saya dapat dengan bedah plastik, tapi kondisinya saat itu, saya belum memiliki anak, ini yang jadi pertimbangan saya. Ini adalah babak awal “penantian” saya.
Setelah memiliki anak, dengan kedua payudara yang “sangat besar”, saat itu akhirnya saya sadar, saya mendambakan tubuh yang indah. Tiap kali saya menjadi sorotan di acara-acara sosial dan televisi karena tuntutan pekerjaan, jadi saya harus punya percaya diri yang cukup yang berasal dari penampilan yang menarik. Tapi percaya diri ini bukannya tanpa fakta, ini harus berkaitan dengan penampilan terbaik saya. Selain kulit yang melar di sekitar pinggang, payudara besar saya juga jauh dari kencang setelah saya melahirkan. Anak bungsu saya lahir melalui operasi caesar, jadi otot perut saya sudah pernah dibedah dan hampir seluruh kulit saya kehilangan elastisitas karena sempat melar. Saat bercermin, saya jadi tidak bisa lihat pemandangan indah. Jadi saya rasa, saya siap untuk mengadakan perubahan drastis di Thailand.